Cerita Bokep Tetangga Kontrakkan Yang Montok
Perkenalkan namaku Deni (nama samaran) umurku 25tahun, wajahku bisa dibilang lumayan ganteng karena lumayan banyak gadis yang naksir aku waktu aku masih sekolah SMA dulu. Tinggi badanku 178cm dengan berat badan yang ideal. Kulitku berwarna coklat bersih.
Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu waktu aku masih kuliah sambil kerja, aku merupakan anak rantauan dari kota T pinggiran ibukota. Aku tinggal di kontrakan dengan 5 pintu kontrakan. Kontrakan yang aku tempati dikelilingi oleh pagar tembok tinggi. Tiap kontrakan ada pintu belakangnya.
Ditiap belakang kontrakan ada tempat buat jemur pakaian. kontrakanku ada dipaling ujung, sebelah kontrakanku ditempati oleh pasangan suami istri yang baru sebulan mengontrak, Mas Agung dan Mbak Fitri namanya. Umur mas Agung 35tahun sedangkan mbak Fitri berumur 29tahun. Mereka sudah dikarunia seorang anak yang masih berumur 1tahun yang masih nenen mamanya.
Aku bekerja disebuah restoran dengan jadwal kerja 2 sip. Sip pagi dan sip malam. Kebetulan hari itu aku dapat sip malam yang waktu kerjanya dari pukul 17.00 sampai 00.00 jadi pagi harinya aku bisa bermalas-malasan di kontrakan. Siang hari aku duduk santai di depan kontrakan, tiba-tiba ada mbak Fitri sambil menggendong anaknya menyapaku,
“Hy Den, lagi santai ya”
“Iya nih mbak” jawabku. Mbak Fitri lalu berjalan mendekatiku dan menaruh anaknya di samppingku.
“Mas Agung mana mbak?” tanyaku
“Belum pulang, mungkin besuk rabu baru pulang” jawab mbak Fitri.
Mas Agung bekerja di proyek bangunan di luar kota jadi dia jarang pulang. Kalo pulang seminggu sekali. Mas Agung orangnya baik. Perawakannya agak hitam dan pendek. Bda sama mbak Fitri orangnya putih, tubuhnya langsing tapi toketnya lumayan montok.
Mbak Fitri kalo keluar rumah selalu pakai gamis panjang sama kerudung lebar buat nutupin dadanya.
Aku dan mbak Fitri ngobrol kesana kemari sampai akhirnya Luna (nama anak mbak Fitri) nangis minta nenen. Mbak Fitri pun langsung nenenin Luna di depanku tapi dadanya ditutupi sama kerudungnya. Meskipun sudah ditutupi tapi toket mbak Fitri kadang sedikit terlihat karena ulah tangan Luna yang tak mau diam, aku yang melihat jadi ga fokus ngobrol. Mbak Fitri tau kalo aku kadang melihat kearah toketnya tapi dia diam saja.
“Kog begong Den, kamu liat apa?” tanya mbak Fitri membuyarkan lamunanku.
“Ehh…ga kog mbak?” jawabku malu.
“Ih Luna udah besar kog nenen terus sih” ledekku pada Luna untuk menutupi rasa maluku.
“Iya nih Luna, kukasih susu formula ga mau dia” jawan mbak Fitri.
“Mungkin enak susu mamanya timbang susu sapi hahaha….” jawabku sekenanya sambil nyubitin pipi Luna. Dan yang tanpa sengaja aku menyenggol toket mbak Fitri.
Ga lama Luna nenen kemudian toket mbak Fitri dimasukin lagi di dalam BH, sekilas aku melihat putingnya yang berukuran luamyan gede kira-kira seukuran ujung jari kelingking. Kami melanjutkan lagi ngobrol sambil aku menggoda Luna dengan mencubit pelan pipinya. Soalnya aku gemes dengan pipi Luna yang gembul. Dan lagi-lagi tak sengaja aku menyenggol lagi toket mbak Fitri, dia hanya diam saja.
Melihat reaksi mbak Fitri diam saja ketika aku tak sengaja menyenggol toketnya, kini aku mulai memberanikan diri untuk menaruh tanganku di toketnya dekat dengan pipi Luna. Mbak Fitri tetap diam saja. Aku pun semakin berani untuk mengelus-elus toketnya, lagi-lagi mbak Fitri diam tanpa reaksi. Masih dengan ngobrol tanganku semakin berani untuk mengelus toket mbak Fitri dari balik kerudungnya dan aku menemukan puting yang masih agak basah bekas nenenin Luna. Kupilin lembut putingnya, muka mbak Fitri jadi agak memerah. Sesaat kemudian Hp mbak Fitri yang berada di dalam kontrakan berdering
“Hpku berdering tuh Den, aku masuk dulu ya” katanya dengan tersenyum penuh arti lalu masuk ke dalam kontrakan.
Setelah kejadian tempo hari aku jadi sering mencuri pandang kearah mbak Fitri. Dia pun sadar kalo aku sering memperhatikan dia tapi dianya malah tersenyum menggoda.
Aku cuma bisa melihat dia dari kontrakanku saja sebab suaminya lagi ada di rumah.
Siang harinya waktu aku ke warung beli rokok ada belanjaan mbak Fitri yang ketinggalan. Aku dititipin sama yang punya warung buat nganterin belanjaannya.
Waktu aku ketuk pintu kontrakannya, ga ada yang menjawab. Lalu aku mencoba mengintip dari celah jendela ternyata mbak Fitri ketiduran di depan TV dan yang bikin aku tercengang dia lagi nenenin Luna dengan semua bagian atasnya terbuka. Aku langsung nekad buka pintunya kebetulan pintunya ga dikunci, aku masuk terus kututup lagi pintunya sekalian aku kunci.
Kuliat lagi toket montok mbak Fitri sambil menelan ludah, putingnya terlihat sangat gede sekali. Puting yang satunya masih dalam keadaan diemut sama Luna. Lalu aku memberanikan diri untuk mengelus toketnya yang satu. Tidur mbak Fitri terliat pules sekali. Aku semakin nekad dengan mendekatkan mulutku ke putingnya, kuhisap putingnya keluar asi yang rasanya hampar. Aku pengin mainin toket yang satunya tapi masih diemut sama Luna.
Kucoba untuk melepaskan emutan Luna dari puting mamanya, pelan-pelan kutarik mulut Luna terus kugendong dia kuletakkan di dalam kamarnya. Aku kemudian mendekati mbak Fitri lagi kulanjutkan untuk mengemut putingnya sambil memainkan puting yang satunya. Aku tak perduli kalo tiba-tiba dia bangun dan marah padaku, aku sudah terlanjur nafsu melihatnyam otakku sudah dipenuhi dengan gairah nafsu. Suara kulumanku terdengar kenceng
“Slruuupppp…slruuuppp….glek…glek….” suara aku menyedot dan menelan asi mbak Fitri.
“Eeeehhhmmm…eehhhmmm…” erangan kecil mbak Fitri saat kupilin putingnya agak keras dan membuat mbak Fitri terbangun. Dia terliat terkejut tapi begitu melihat itu aku dia malah tersenyum.
“Ahh…kamu Den…jangan ah entar ada yang liat” kata mbak Fitri.
“Mas Agung maksud mbak…kan dia udah ga ada lagian pintunya juga udah aku kunci kog jadi aman…hehehe…”
kataku sambil memilin putingnya.
Mbak Fitri hanya diam dan langsung saja kulum mulutnya. Diapun membalas kulumanku. Lidah kami saling berpaut. Lumayan lama kita berciuman. kemudian kulepas ciuman itu.
“ke kamar yuk mbak” ajakku. Tanpa menunggu jawabnya langsung kutarik tangannya masuk ke kamarnya.
“Ihhh…nafsu banget sih kamu Den…” kata mbak fitri.
Buru-buru kurebahkan badannya di kasur. Lalu kuserbu kembali kedua putingnya secara bergantian. Kusedot kuat putingnya asinya keluar banyak sekali. Sementara puting yang satunya kupilin dan sesekali kucubit-cubit dengan jemari tanganku sebelah kiri.
“Sssthhh…aaahhhh…” erang mbak Fitri.
Jemari tangan kananku menelusup ke dalam CDnya. Terasa sekali memek mbak Fitri sudah sangat basah. kuelus-elus itilnya membuat mbak Fitri mendesah ga karuan.
“Ooohhh…aahhh…enak Deniii…aahhh….”
Kumasikan jari tengahku ke dalam lubang memeknya sambil mulutku bergantian mengemut putingnya.
“Gosok lebih cepat Den, aku mau keluaaaarrrr…aahhh…” rancu mbak Fitri semakin keras. Dan tak berapa lama mbak Fitri mencapai puncaknya. Tubuhnya mengejang sambil berteriak
“Aaahhh….nikmat banget Deeeeeennn….”
Kemudian aku berdiri untuk melepas semua pakaianku sekaligus CDku, sementara mbak Fitri melepas daster, Bh dan CDnya juga.
“Toket mbak Fitri besar banget ukuran berapa mbak?’ tanyaku heran.
“36D Den kenapa kamu ga suka?” tanyanya balik.
“Suka kog, suka banget malahan” kataku sambil kembali membaringkan tubuhnya.
Kusedot lagi putingnya sebelum aku memasukan kontolku ke dalam lubang memeknya.
“Udah Den nenennya, ayo masukin sekarang kontolmu, mbak udah ga tahan nih” pintanya.
Tanpa diperintah dua kali aku langsung mengarahkan kontolku ke lubang memeknya.
” Oohh.. hikmat banget sempit juga memek mbak Fitri ini ” kataku dalam hati.
” Aahhh… Deni pelan-pelan sayang kontolmu terlalu besar buat memekku” kata mbak Fitri agak
meringis kesakitan
” Maaf mbak ” kataku bersalah
” Gapapa, ayo Den sodok memekku tapi pelan-pelan dulu ya” pintanya.
Lama kelamaan sodokannku semakin kupercepat.
“Aaaahhh…nikmat Den…sodok lebih keceng lagi Deeennn…” erangnya semakin ga karuan dengan keringat mulai bercucuran.
“Terus Den aku mau keluaaaarrr…aaahhhh…” erangnya lagi. Akupun semakin mempercepat lagi sodokanku.
“Aku keluaaaaarrr…ooohhh…aaahhh….” jerit mbak Fitri sambil tubuhnya mengejang.
“Aaaahhh…mbaaakkk…aku juga keluaaarrrr…..Crooot…crooottt…crooottt…” teriakku.
Spermaku deras menyembur menyemprot rahim mbak Fitri.
Aku langsung terkapar di sampingnya.
“Kog kamu keluarin di dalam sih Den, kalo aku hamil gimana?” tanya mbak Fitri.
“Maaf mbak…aku ga bisa nahan tadi habisnya enak bangit sih” jawabku
“Iya gapapa hehhe…tenang kan ada mas Agung jadi kalo hamil juga nanti dikira anak mas Agung” jawabnya menenangkanku.
Setelah istirahat beberapa saat kami lanjutkan lagi pertempuran kita yang penuh nafsu hingga sore hari sebelum berangkat kerja.